Sabtu, 08 Januari 2011
Planet Uranus
Cobalah bertanya pada teman anda, planet apakah yang memiliki cincin? Mungkin jawaban pertama yang di dapat adalah Saturnus. Tak salah memang namun Saturnus bukan satu-satunya planet yang punya cincin. Ayahnya Saturnus yang berada tak jauh darinya juga memiliki sebuah cincin.
Loh ayahnya? Siapa? Siapa lagi kalau bukan Uranus. Uranus atau Ouranos dalam bahasa Yunani diartikan sebagai dewa langit dan dipersonifikasikan sebagai anak dan suami dari Gaia, dewi Bumi. Hujan yang ia turunkan memberi kesuburan dan kehidupan makhluk-makhluk di Bumi. Uranus juga merupakan ayah dari Kronos (Saturnus) dan kakek dari Zeus (Jupiter). Uranus, planet ke-7 yang bertahta di Tata Surya juga memiliki cincin tipis dan gelap yang melingkar indah di tubuhnya, sama seperti anak dan cucunya.
Dalam kegelapan malam, Uranus memang terlihat dengan mata bugil seperti halnya kelima planet klasik lainnya. memang dulu tak pernah terpikir oleh para pengamat langit jaman itu kalau Uranus itu sebuah planet karena cahayanya yang redup dan orbitnya yang lambat.
Uranus sebagai planet dikenal pada saat William Herschel menemukannya di tahun 1791. Namun saat itu, ia belum tahu kalau planet cantik ini memiliki cincin. Yang unik dari Uranus adalah pergerakannya. Kemiringan sumbu rotasi Uranus mencapai 97,7 derajat membuatnya bergerak berbeda dari planet-planet pada umumnya. Akibatnya, selama 84 tahun periode orbitnya satu sisi Uranus akan berada pada sisi terang selama 42 tahun dan kegelapan di sisi lainnya selama 42 tahun. Dengan demikian misteri wajah lain Uranus baru akan terkuak setelah 42 tahun.
Tahun 1789, William Herscel mengklaim bahwa ia melihat ada cincin di Uranus, namun klaim tersebut tak pernah jadi sebuah penemuan karena selama 2 abad berikut tak pernah terlihat keberadaan cincin di planet tersebut. Baru pada bulan Maret 1977, okultasi bintang SAO 158687 mengungkap keberadaan cincin tipis dan buram di Uranus. Pada tahun 1986, saat Voyager 2 melalkukan pertemuan dengan Uranus, ia berhasil mengambil foto-foto cincin tersebut dari jarak yang dekat. Setidaknya manusia belum mampu untuk berada di sana dan mengambil fotonya.
Sebagian besar materi di sistem cincin Uranus barada dalam 9 cincin tipis yang terletak pada jarak 41000 – 52000 km dari pusat planet. Sebagian besar dari cincin Uranus memiliki lebar 1 – 10 km, sementara cincin epsilon yang ada di bagian luar Uranus adalah yang paling lebar dan paling eksentrik. Cincin epsilon tersebut berada pada jarak 20 km – 96 km.
Partikel penyusun cincin Uranus yang terlihat dari Bumi memiliki ukuran yang hampir sama dengan cincin utama Saturnus yakni ~1cm – 10 m. Namun di bagian cincin epsilon, susunannya terdiri dari balok-balok es yang berukuran beberapa kaki. Cincin epsilon juga ditemukan memiliki warna abu-abu, dengan satelit Cordelia dan Ophelia bertindak sebagai satelit penggembala bagi cincin tersebut. Selain itu di sepanjang 9 cincin Uranus, juga terdapat partikel-partikel debu halus yang terdistribusi renggang mengisi cincin tersebut.
Partikel yang menyusun cincin Uranus memiliki warna yang sangat gelap dan tampak segelap asteroid dan meteorit carbonaceous chondrite. Diperkirakan partikel-partikel tersebut terdiri dari es yang teradiasi gelap, yang merupakan campuran dari hidrokarbon kompleks yang melekat pada es saat terbentuk.
Bulan Desember 2005, pengamatan landas bumi dari Keck Observatory dan pengamatan landas angkasa Hubble Space Telescpe berhasil mengungkap keberadaan cincin terluar di Uranus yang jaraknya 2 kali jarak cincin epsilon. Penemuan tersebut bisa terjadi karena pada saat itu, cincin Uranus tampak dekat dengan Bumi dan pada tahun 2007 lalu cincin tersebut tampak tepiannya dari Bumi. Kondisi ini memberi kesempatan bagi para pengamat di Bumi untuk melihat cincin yang redup. Dua cincin yang ditemukan oleh Hubble tersebut menambah jumlah cincin di Uranus menjadi 13.
Hal menarik lainnya dari cincin terluar Uranus ini adalah warnanya. Dari kedua cincin baru itu, cincin terluar yang berada pada jarak 97700 km dari pusat planet itu berwarna biru sementara cincin yang di bagian dalam yang berada pada jarak 67300 km berwarna merah. Dengan demikian diperkirakan cincin yang terluar itu terdiri dari partikel-parikel yang sangat kecil yang berasal dari partikel debu dan air es yang terlontar keluar dari Mab, satelit Uranus. Mab, selain berbagi partikel untuk menyusun cincin terluar Uranus, ia juga berbagi orbit dengan cincin tersebut.
Di masa depan, saat Uranus kembali bertukar wajah setelah 42 tahun berlalu, atau pada saat kita mampu mengirimkan wahana ke Uranus, bisa dipastikan akan ada lebih banyak misteri yang bisa diungkapkan dari planet tersebut. Atau bahkan dari sisi gelap Tata Surya yang masih belum tertangkap oleh mata teleskop kita saat ini.
(langitselatan.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar